Senin, 01 November 2010

KARAKTERISTIK ANAK USIA SD

 KARAKTERISTIK ANAK USIA SD

Pertumbuhan Fisik atau Jasmani
  1. Perkembangan fisik atau jasmani anak sangat berbeda satu sama lain, sekalipun anak-anak tersebut usianya relatif sama, bahkan dalam kondisi ekonomi yang relatif sama pula. Sedangkan pertumbuhan anak-anak berbeda ras juga menunjukkan perbedaan yang menyolok. Hal ini antara lain disebabkan perbedaan gizi, lingkungan, perlakuan orang tua terhadap anak, kebiasaan hidup dan lain-lain.
  2. Nutrisi dan kesehatan amat mempengaruhi perkembangan fisik anak. Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan pertumbuhan anak menjadi lamban, kurang berdaya dan tidak aktif. Sebaliknya anak yang memperoleh makanan yang bergizi, lingkungan yang menunjang, perlakuan orang tua serta kebiasaan hidup yang baik akan menunjang pertumbuhan dan perkembangan anak.
  3. Olahraga juga merupakan faktor penting pada pertumbuhan fisik anak. Anak yang kurang berolahraga atau tidak aktif sering kali menderita kegemukan atau kelebihan berat badan yang dapat mengganggu gerak dan kesehatan anak.
  4. Orang tua harus selalu memperhatikan berbagai macam penyakit yang sering kali diderita anak, misalnya bertalian dengan kesehatan penglihatan (mata), gigi, panas, dan lain-lain. Oleh karena itu orang tua selalu memperhatikan kebutuhan utama anak, antara lain kebutuhan gizi, kesehatan dan kebugaran jasmani yang dapat dilakukan setiap hari sekalipun sederhana.

Perkembangan Intelektual dan Emosional
  1. Perkembangan intelektual anak sangat tergantung pada berbagai faktor utama, antara lain kesehatan gizi, kebugaran jasmani, pergaulan dan pembinaan orang tua. Akibat terganggunya perkembangan intelektual tersebut anak kurang dapat berpikir operasional, tidak memiliki kemampuan mental dan kurang aktif dalam pergaulan maupun dalam berkomunikasi dengan teman-temannya.
  2. Perkembangan emosional berbeda satu sama lain karena adanya perbedaan jenis kelamin, usia, lingkungan, pergaulan dan pembinaan orang tua maupun guru di sekolah. Perbedaan perkembangan emosional tersebut juga dapat dilihat berdasarkan ras, budaya, etnik dan bangsa.
  3. Perkembangan emosional juga dapat dipengaruhi oleh adanya gangguan kecemasan, rasa takut dan faktor-faktor eksternal yang sering kali tidak dikenal sebelumnya oleh anak yang sedang tumbuh. Namun sering kali juga adanya tindakan orang tua yang sering kali tidak dapat mempengaruhi perkembangan emosional anak. Misalnya sangat dimanjakan, terlalu banyak larangan karena terlalu mencintai anaknya. Akan tetapi sikap orang tua yang sangat keras, suka menekan dan selalu menghukum anak sekalipun anak membuat kesalahan sepele juga dapat mempengaruhi keseimbangan emosional anak.
  4. Perlakuan saudara serumah (kakak-adik), orang lain yang sering kali bertemu dan bergaul juga memegang peranan penting pada perkembangan emosional anak.
  5. Dalam mengatasi berbagai masalah yang sering kali dihadapi oleh orang tua dan anak, biasanya orang tua berkonsultasi dengan para ahli, misalnya dokter anak, psikiatri, psikolog dan sebagainya. Dengan berkonsultasi tersebut orang tua akan dapat melakukan pembinaan anak dengan sebaik mungkin dan dapat menghindarkan segala sesuatu yang dapat merugikan bahkan memperlambat perkembangan mental dan emosional anak.
  6. Stres juga dapat disebabkan oleh penyakit, frustasi dan ketidakhadiran orang tua, keadaan ekonomi orang tua, keamanan dan kekacauan yang sering kali timbul. Sedangkan dari pihak orang tua yang menyebabkan stres pada anak biasanya kurang perhatian orang tua, sering kali mendapat marah bahkan sampai menderita siksaan jasmani, anak disuruh melakukan sesuatu di luar kesanggupannya menyesuaikan diri dengan lingkungan, penerimaan lingkungan serta berbagai pengalaman yang bersifat positif selama anak melakukan berbagai aktivitas dalam masyarakat.

Perkembangan Bahasa
Bahasa telah berkembang sejak anak berusia 4 – 5 bulan. Orang tua yang bijak selalu membimbing anaknya untuk belajar berbicara mulai dari yang sederhana sampai anak memiliki keterampilan berkomunikasi dengan mempergunakan bahasa. Oleh karena itu bahasa berkembang setahap demi setahap sesuai dengan pertumbuhan organ pada anak dan kesediaan orang tua membimbing anaknya.
Fungsi dan tujuan berbicara antara lain: (a) sebagai pemuas kebutuhan, (b) sebagai alat untuk menarik orang lain, (c) sebagai alat untuk membina hubungan sosial, (d) sebagai alat untuk mengevaluasi diri sendiri, (e) untuk dapat mempengaruhi pikiran dan perasaan orang lain, (f) untuk mempengaruhi perilaku orang lain.
Potensi anak berbicara didukung oleh beberapa hal. Yaitu: (a) kematangan alat berbicara, (b) kesiapan mental, (c) adanya model yang baik untuk dicontoh oleh anak, (d) kesempatan berlatih, (e) motivasi untuk belajar dan berlatih dan (f) bimbingan dari orang tua.
Di samping adanya berbagai dukungan tersebut juga terdapat gangguan perkembangan berbicara bagi anak, yaitu: (a) anak cengeng, (b) anak sulit memahami isi pembicaraan orang lain.

Perkembangan Moral, Sosial, dan Sikap
  1. Kepada orang tua sangat dianjurkan bahwa selain memberikan bimbingan juga harus mengajarkan bagaimana anak bergaul dalam masyarakat dengan tepat, dan dituntut menjadi teladan yang baik bagi anak, mengembangkan keterampilan anak dalam bergaul dan memberikan penguatan melalui pemberian hadiah kepada ajak apabila berbuat atau berperilaku yang positif.
  2. Terdapat bermacam hadiah yang sering kali diberikan kepada anak, yaitu yang berupa materiil dan non materiil. Hadiah tersebut diberikan dengan maksud agar pada kemudian hari anak berperilaku lebih positif dan dapat diterima dalam masyarakat luas.
  3. Fungsi hadiah bagi anak, antara lain: (a) memiliki nilai pendidikan, (b) memberikan motivasi kepada anak, (c) memperkuat perilaku dan (d) memberikan dorongan agar anak berbuat lebih baik lagi.
  4. Fungsi hukuman yang diberikan kepada anak adalah: (a) fungsi restruktif, (b) fungsi pendidikan, (c) sebagai penguat motivasi.
  5. Syarat pemberian hukuman adalah: (a) segera diberikan, (b) konsisten, (c) konstruktif, (d) impresional artinya tidak ditujukan kepada pribadi anak melainkan kepada perbuatannya, (e) harus disertai alasan, (f) sebagai alat kontrol diri, (g) diberikan pada tempat dan waktu yang tepat.

Pemahaman Konseptual dan Cara Belajar Anak SD

Pemahaman tentang konseptual tentang perkembangan dan cara belajar anak SD oleh mahasiswa PGSD adalah sangat penting karena mahasiswa PGSD nantinya akan terjun mengabdi kepada bangsa dan negara sebagai pendidik di Sekolah Dasar.
Sebagai tenaga pendidik di Sekolah Dasar adalah tidak mudah karena yang dihadapi adalah anak-anak yang masih labil atau rentang usia. Pada usia anak-anak SD adalah usia-usia dimana anak-anak sedang mengalami proses perkembangan, pertumbuhan, dan perubahan baik itu fisik, psikis, struktur maupun fungsi.
Perlu diketahui pula bahwa secara fisik anak pada usia SD memiliki karakteristik sendiri yang berbeda dengan kondisi sebelum dan sesudahnya. Karakter perkembangan fisik ini perlu dipelajari karena akan memiliki implikasi tertentu bagi penyenlenggara pendidikan. Dalam hal ini diasumsikan bahwaaktivitas-aktivitas termasuk aktivitas biologis dan aktivitas-aktivitas mental lainnya banyak dipengaruhi oleh kondisi fsiknya dan pertumbuhan fisiknya dapat berpengaruh terhadap perkembangan  kepribadian anak secara keseluruhan.
Banyak sekali perkembangan-perkembangan yang dialami oleh anak usia SD yang perlu dipahami oleh calon pendidik Sekolah Dasar sehingga nantinya para pendidik dapat mengembangkan atau dapat secara proposional dalam memberikan pelajaran atau kegiatan-kegiatan terhadap anak didiknya sehingga anak didiknya dapat dengan mudah untuk menerimanya. Untuk itu para calon pendidik Sekolah Dasar sangat perlu memahami tentang perkembangan dan cara belajar anak SD.
Sudah barang tentu upaya untuk mempelajari tentang perkembangan dan cara belajar anak SD tidak dapat secara sepotong-sepotong tetapi harus dipahami secara keseluruhan.
Pertama kita harus memahami konsep dasar :
1. Siapa itu anak SD dan bagaimana mereka berkembang ? Ini mencakup pemahaman tentang karakteristik perkembangan anak usia SD dalam berbagai aspek-aspek biologis, kognitif, bahasa dan psikososial.
2. Memahami cara belajar anak. Aspek ini termasuk pemahaman tentang prinsip-prinsip belajar anak, proses psikososial yang terjadi dalam belajar anak.
Dengan memahami konseptual di atas akan dapat dijadikan kerangka berpikir dalam memahami praktik dan masalah-masalah pendidikan di SD dan dapat mengaplikasikan pemahaman tersebut dalam menyelenggarakan proses belajar mengajar yang berorientasi perkembangan di SD.
Sebagaimana penjelasan di atas bahwa untuk mempelajari perkembangan dan cara berpikir anak SD tidaklah sepotong-sepotong, maka untuk pemahaman itu diawali dari perkembangan anak sejak dalam kandungan.
Menyadari bahwa mahasiswa PGSD adalah mahasiswa yang dipersiapkan menjadi calon guru Sekolah Dasar ( SD ), sudah barang tentu harus mempunyai kemampuan untuk memahami konseptual tentang perkembangan dan cara berpikir anak SD.
Dengan memahami konseptual di atas para guru nantinya diharapkan dapat mengaplikasikan pemahaman tersebut dalam menyelenggarakan proses pendidikan. Namun perlu diketahui bahwa untuk memahami konseptual tentang perkembangan dan cara berpikir anak SD terlebih dahulu perlu memahami konsep-konsep pokok perkembangan sehingga akan memiliki kerangka dasar wawasan yang dapat membantu dalam memahami pembahasan-pembahasan selanjutnya.

A. Perbedaan antara Perkembangan dan Pertumbuhan dalam Perkembangan Anak Didik
Untuk membedakan perkembangan dibanding dengan pertumbuhan maka diperlukan penjelasan dari awalnya terbentuknya anak manusia adalah dari dua sel dasar yaitu sel telur dan sperma kemudian organisme berubah dan berkembang. Dua sel tersebut kemudian membelah diri dan berdiferensi untuk menghasilkan tulang, syaraf, otot, usus, otak, dan bagian-bagian organ lainnya. Setelah kurang lebih 9 bulan 10 hari dalam kandungan ibu organisme yang baru tumbuh itu akhirnya menjadi bayi manusia yang sempurna dan lahir ke dunia. Pada saat lahir hanya mempunyai ketrampilan hidup yang minimal, bernapas, menggerakan tubuh, menangis dan menyusu. Melalui interaksi dengan lingkungan (orang tua, saudara, orang dewasa lain dan obyek-obyek yang ada di sekitarnya) bayi akan terus lebih menyempurnakan diri. Bayi terus mengalami perubahan fisik baik dalam ukuran maupun proporsinya. Berat badan, tinggi badan terus bertambah. Kepala, badan, kaki, tangan, dan organ-organ lainnya terus berubah menhadi seimbang. Perilaku dan ketrampilan bayi pun semakin beraneka. Mulai dari berbaring, bergulir, menelungkup, duduk merangkak, berdiri, berjalan, dan akhirnya berlari ini adalah merupakan proses perubahan yang dialami oleh bayi yang disebut dengan perkembangan (development).

Pengertian Perkembangan
Pengertian perkembangan di sini adalah pola perubahan individu yang berawal pada masa konsepsi dan terus berlanjut sepanjang hayat (Santrock dan Yussen:1992). Namun tidak semua perubahan yang dialami organisme atau individu itu merupakan perkembangan. Perubahan dalam perkembangan dimaksud dapat terjadi karena belajar, faktor peristiwa, dan penggunaan obat.
Perubahan dalam arti perkembangan adalah berakar dari unsur biologis (Bjorklund dan Bjorklund:1992). Pengalaman-pengalaman atau aktivitas-aktivitas khusus anak dapat menimbulkan perubahan diri yang bersangkutan, misalnya anak berlatih menari jadi panda menari. Ini bukan merupakan perkembangan melainkan perubahan dalam arti belajar. Perubahan dalam arti perkembangan lebih berkaitan dengan fungsi waktu dan kematangan biologis dan terhadi pada periode yang lama dan bersifat umum tidak terkait dengan peristiwa dan pengalaman khusus tertentu namun pengalaman belajar juga akan mempengaruhi perkembangan yang bersangkutan.
Perkembangan dapat mencakup perubahan baik dalam struktur maupun fungsi (Bjorklund dan Bjorklund:1992) atau perubahan fisik maupun psikis (Abu Syamsudin Makmun:1996).
Perubahan dalam arti perkembangan bersifat terpola. Perkembangan juga bersifat unik bagi setiap individu. Perubahan dalam arti perkembangan terjadi secara bertahap. Perubahan dalam arti perkembangan dapat berlangsung sepanjang hayat. Perkembangan dapat didefinisikan pola perubahan organisme (individu) baik dalam struktur atau fungsi (fisik maupun psikis) yang terjadi secara teratur dan berorganisasi serta berlangsung sepanjang hayat.

Pengertian Pertumbuhan
Yang dimaksud dengan pertumbuhan di sini adalah merupakan pola perubahan yang dialami oleh individu. Pertumbuhan ini dimaksudkan sebagai perubahan dalam aspek hasmaniah seperti berubahnya struktur tulang, tinggi dan berat badan, proporsi badan, dan sebagainya. Pertumbuhan ini bersifat kuantitatif dan terbatas pada pola perubahan fisik yang dialami individu sebagai hasil proses pematangan.
Menurut Witherington dan Hurlock (Abu Syamsudin Makmun:1996) dapat pula mencakup perubahan secara psikis kalau perubahan tersebut berupa munculnya suatu fungsi yang baru, seperti munculnya kemampuan berpikir simbolik, munculnya kemampuan berpikir abstrak, munculnya perasaan birahi terhadap lawan jenis.
Dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan tercakup dalam pengertian perkembangan. Namun tidak setiap perubahan dalam arti perkembangan merupakan pertumbuhan. Pertumbuhan mencakup pada perubahan-perubahan yang bersifat evolusi (menuju ke arah yang lebih sempurna). Sedangkan perkembangan dapat pula mencakup perubahan-perubahan yang bersifat evolusi (penurunan dan perubahan menuju ke arah kematian).

B. Anak sebagai suatu Totalitas
Anak sebagai suatu totalitas ada tiga pengertian :
1. Anak dipandang sebagai makhluk hidup yang merupakan satu kesatuan dari keseluruhan aspek yang terdapat dalam dirinya. ini berarti bahwa keseluruhan aspek fisik dan psikis tak dapat dipisahkan. Dan anak sebagai individu, istilah individu berasal dari individual yang berati tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Sehingga organ tubuh yang terpisah-pisah tidak bisa dikatakan anak.
2. Sebagai suatu totalitas keseluruhan aspek yang terdapat dalam diri anak saling terjalin dan keterkaitan secara integrasi saling terjalin dan memberikan dukungan fungsional satu sama lain. Misal, anak yang sedang dimarahi oleh orang tuanya bisa tidak selera makan.
3. Anak berbeda dengan orang dewasa bukan sekedar secara fisik tetapi keseluruhan. Perbedaan ini antara lain :
a. Secara fisik anak sedang mengalami pertumbuhan yang pesat. Sedangkan fisik orang dewasa sudah tidak berkembang lagi.
b. Pola pikir anak bersifat ego sedangkan orang dewasa sudah mampu berpikir empatik dan sosial.
c. Daya pikir anak terbatas pada yang konkrit sedangkan orang dewasa mampu berpikir abstrak dan unuversal.
Jadi pengertian anak sebagai suatu totalitas adalah sebagai suatu organisme atau individu yang merupakan suatu kesatuan yang terintegrasi dari keseluruhan organ fisik dan aspek psikis yang terdapat dalam dirinya dan aspek tersebut saling terjalin satu sama lainnya.

C. Perkembangan sebagai Proses Holostik Seluruh Aspek Perkembangan
Perkembangan sebagai proses holistik seluruh aspek perkembangan adalah perkembangan itu terjadi tidak hanya dalam aspek tertentu melainkan keseluruhan aspek yang saling terjalin (interwoven) satu sama lain. Secara garis besar proses perkembangan individu dikelompokkan menjadi 3 domain, yaitu proses biologis, kognitif, dan psikososial (Santrock dan Yussen :1992; Saifert dan Hulfnung:1991).
Proses-proses biologis mencakup perubahan-perubahan dalam tubuh individu, seperti pertumbuhan otak, otot, sistem syaraf, struktur tulang, hormon, organ-organ indrawi dan sejenisnya kemudian seperti ketrampilan motorik, perkembangan seksual juga termasuk di dalam perkembangan biologis. Perubahan dalam kemampuan fisik, seperti perubahan penglihatan, kekuatan otot, perubahan fisik karena sakit, kecelakaan, peristiwa-peristiwa khusus lainnya tidak termasuk di dalamnya.
Proses kognitif melibatkan perubahan dalam kemampuan pola pikir, kemahiran berbahasam dan cara individu memperoleh pengetahuan dari lingkungan, seperti mengamati dan mengklasifikasikan benda-benda, menyatukan beberapa kata menjadi satu kalimat, menghafal sajak atau doa, memecahkan soal, dan sebagainya.
Proses-proses perkembangan psikososial melibatkan perubahan-perubahan dalam aspek perasaan, emosi dan kepribadian individu serta cara yang bersangkutan berhubungan dengan orang lain. Seperti berhubungan dengan anggota keluarga, teman sebaya, guru dan lainnya dapat dikelompokkan dalam domain perkembangan ini.
Ketiga proses domain seperti tersebut di atas saling mempengaruhi, yaitu : proses perkembangan biologis mempengaruhi proses perkembangan kognitif, proses erkembangan kognitif mempoengaruhi proses perkembangan psikososial, proses perkembangan psikososial mempengaruhi pertumbuhan biologis, dan sebaliknya. Contoh :Anak yang mengalami kelaian dalam urgan suara dapat mengalami keterlambatan bahasanya.
Sesuai pnjelasan di atas maka yang dimaksud dengan perkembangan sebagai proses holistik seluruh aspek perkembangan adalah bahwa proses-proses perkembangan antara proses-proses perkembangan biologis, kognitif, psikososial adalah saling mempengaruhi satu sama lain tidak bisa proses perkembangan dari tiga domain di atas itu tidak saling mempengaruhi.

D. Pentingnya Kematangan dan Pengalaman
Ada dua pandangan yang bebeda dari para ahli psikologi terhadap pentingnya kematangan dan pengalaman. Sebagian para ahli psikologi yang menekankan kematangan atau pembawaan sebagai unsur yang mempengaruhi perkembangan anak, sehingga dianggap unsur yang paling penting. Individu berkembang dalam cara terpola sedara genetik kecuali terganggu atau terhambat oleh faktor lingkungan yang bersifat merusak. Contoh : Individu akan berkembang secara terpola, seperti orang duduk sebelum berjalan, berjalan sebelum bicara, mencapai puncak kekuatan fisik pada akhir masa remaja.
Sebagian para ahli mengklaim pengalaman-pengalaman sebagai faktor yang paling penting bagi perkembangan anak. Unsur genetik individu sekedar warisan potensi dasar. Untuk tumbuh dan berkembang tergantung pada makanan, gizi, perawatan medis, latihan, pendidikan yang diberikan oleh lngkungan, sehingga lingkungn dipandang sbagi faktor yang paling penting bagi perkembangan. Contoh : Anak-anak yang gizinya cukup pertumbuhan badannya akan lebih cepat dibanding yang kurang gizi.
Ada sebagian para ahli selain tersebut di atas berpenapat hampir semua kualitas fisik dan psikisindividu merupakan hasil dari pengaruh pembawaan dan lingkungan. Misalnya, tinggi badan anak tergantung pada rancangan genetik yang diturunkan dari orang tuanya di samping tergantung kepada gizi, latihan-latihan yang diperoleh pada saat pertumbuhan (lingkungan).
Perkembangan kognisi anak tergantung pada taraf intelegensi yang dimilikinya (pembawaan). Di samping tergantung pula pada kualitas pengalaman belajar yang diperoleh (lingkungan)., anak juga secara biologis sudah terprogram untuk belajar bahasa (lingkungan).
Dari pengertian di atas, maka antara faktor kematangan dan pengalaman keduanya penting.

E. Kontinuitas dan Diskontinuitas dalam Perkembangan Anak
Ada perdebatan oleh para ahli tentang kontinuitas dan diskontinuitas dalam perkembangan. Para ahli yang menekankan unsur kematangan (pembawaan) menganggap perkembangan sebagai serangkaian tahap yang berbeda (diskontinuitas). Para akhli perkembangan yang menekankan pada unsur pengalaman (lingkungan) menjelaskan bahwa perkembangansebagai proses sinambung (kontinuitas).
Contoh dari Kontinuitas yaitu perkembangan bahasa anak. Pada awalmya anak hanya bisa mengucapkan suatu suku kata, kemudian satu kata, dua kata, tiga kata, dan seterusnya. Kata pertama yang diucapkan oleh anak merupakan hasil akumulasi dari pengalaman-pengalaman sebelumnya. Jadi unsur-unsur yang sudah ada dan lebih sederhana secara esensial mengalami perubahan dengan unsur-unsur baru sehingga menghasilkan kemampuan dan perilaku yang lebih kompleks (perubahan kuantitatif).
Contoh dari Diskontinuitas yaitu pada tahapan-tahapan perkembangan berpikir anak tidak hanya menggambarkan kemampuan meningkat dalam berpikir, tetapi ada perbedaan-perbedaan kualitatif diantada tahap-tahap tersebut.

F. Perbedaan Perkembangan Biologis dan Perseptual Anak
Unsur biologis an perseptual merupakan salah satu aspek perkembangan anak yang cukup eensial untuk diperhatikan.
Perbedaan :
a. Perkembangan biologis adalah perkembangan yang menyangkut perkembangan fisik , antara lain : tinggi dan berat badan, proporsi dan bentuk tubuh, pertumbuhan otak dan sistem syaraf, ketrampilan motorik.
b. Perkembangan perseptual adalah merupakan proses pengenalan individu terhadap lingkngannya. Semua informasi tentang lingkungan sampai ke individu melalui alat-alat indra yang kemudian diteruskan melalui syaraf sensori ke bagian otak, seperti : penglihatan melalui inra mata, pendengaran melalui indra telinga, sentuhan melalui kulit, dan penciuman melalui hidung.

G. Perbedaan Faktor Heriditas dan Faktor Lingkungan dalam Perkembangan Anak
Ada dua faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan individu yaitu faktor yang bersifat alam. Faktor ini diwariskan (endowment) orang tua dan faktor lingkungan (environment) sebagai kondisi atau pengalaman-pengalaman interaksional yang memingkinkan berlangsungnya proses interaksional.
Faktor heriditas; bahwa prinsip kualisasi menjelaskan bagaimana gen-gen (heriditas) mempengaruhi perkembangan yaitu prinsip kaualisasi rentan reaksi.
Prinsip kaualisasi menjelaskan bagaimana gen-gen secara kuat mampu mengarahkan dan membatasi perkembangan dan membatasi perkembangan dalam pengaruh lingkungan. Semakin kuat suatu predisposisi genetika maka akan semakin tahan terhadap pengaruh lingkungan. Contoh : Tahap-tahap perkembangan perseptual bayi yang normal (menete, bergulir, duduk, merangkak, berjalan) secara  kuat dikaualisasi dan dapat diprediksi dimanapun bayi dibesarkan. Pada sisi lain banyak karakteristik-karakteristik perkembangan penting lainnya seperti (kepribadian, tempramen, dan fungsi intelektual) yang tampak kurang dikaualisasi dan lebih banyak rentan teradap pengaruh lingkungan.
Prinsip rentan reaksi menjelaskan bahwa karakteristik-karakteristik aktual yang dapat dimiliki seseorang sebenarnya terbatasi oleh potensi genotipnya. Lingkungan tidak akan bisa membuat seseorang mencapai suatu peformans akan karakteristik tertentu di luar batas-batas potensi genotip yang dimiliki oleh orang tersebut.
Faktor lingkungan; Pada prinsip genotif-fenotif ada peluang bagi lingkungan untuk mempengaruhi perkembangan individu. Terjadinya perbedaan potensi yang dimiliki dengan prestasi yang sebenarnya dicapai oleh seseorang menggambarkan bahwa unsur lingkungan ikut bermain dalam mengarahkan perkembangan individu. Interaksi pengaruh genetika  dan lingkungan bisa terjadi dalam hubungan yang aktif atau sebaliknya.

H. Faktor Perkembangan dalam Pembelajaran
Pada masa usia SD, perkembangan fisik terus berlangsung dan perkembangan perseptual terus mengalami penajaman dan penghalusan. Kita ketahui bahwa perkembangan biologis dan perseptual anak memiliki keterjalinan dengan aspek-aspek perkembangan lainnya. Permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam perkembangan fisik dan perseptual anak bisa berdampak negatif terhadap aspek-aspek perkembangan lainnya. Untuk itu pendidik harus memberikan perhatian cukup terhadap aspek perkembangan fisik dan perseptual anak. Kita harus memahami karakteristik perkembangan fisik anak serta faktor-faktor yang mempengaruhi dan konsekuensi-konsekuensi yang dapat ditimbulkannya, sehingga membawa beberapa implikasi praktis bagi penyelenggaraan pendidikan di SD. Implikasi-implikasi tersebut berkenaan dengan penyelenggaraan pembelajaran umum, seperti pemeliharaan kesehatan dan nutrisi anak, pemdidikan jasmani dan kesehatan dan menciptakan lingkungan sehat dan pembiasaan berperilaku sehat.
Anak usia SD sudah lebih mampu mengontrol tubuhnya sehingga anak SD dapat memberikan perhatian yang lebih terhadap kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung. Namun kita ketahui bahwa kondisi mereka masih jauh dari matang dan masih terus berkembang, perseptualnya juga berkembang dan mengalami penajaman dan penghalusan. Aspek-aspek perseptual ini akan berkembang dengan baik kalau dirangsang dan difungsikan melalui interaksi dengan lingkungan. Kebutuhan tersebut bisa dilakukan hanya melalui penjaskes seminggu sekali. Untuk itu perlu suatu pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan fisik.
Dalam hal ini untuk pembelajaran di SD perlu dilaksanakan pembelajaran yang “hidup”, yaitu memberikan kesempatan kepada anak untuk memfungsikan unsur-unsur fisik dan aspek-aspek perseptualnya.
Cara pembelajarannya:
1. Programnya disusun secara fleksibel dan tidak kaku serta memperhatikan perbedaan individual anak.
2. Tidak dilakukan secara monoton dan verbalistik tetapi disajikan secara fariatif melalui banyak aktivitas, seperti eksperimen, praktik, observasi langsung, permainan dan sejenisnya.
3. Menggunakan/melibatkan penggunaan berbagai media dan sumber belajar sehingga anak terlibat secara penuh dengan menggunakan berbagai proses mental dan spiritual

Ciri Kecenderungan Belajar Dan Cara Belajar Anak SD dan MI

Jean Piaget (1950) menyatakan bahwa setiap anak memiliki cara tersendiri dalam menginterpretasikan dan beradaptasi dengan lingkungannya (teori perkembangan kognitif). Menurutnya, setiap anak memiliki struktur kognitif yang disebut schemata yaitu sistem konsep yang ada dalam pikiran sebagai hasil pemahaman terhadap objek yang ada dalam lingkungannya. Pemahaman tentang objek tersebut berlangsung melalui proses asimilasi (menghubungkan objek dengan konsep yang sudah ada dalam pikiran) dan proses akomodasi (proses memanfaatkan konsep-konsep dalam pikiran untuk menafsirkan objek). Kedua proses tersebut jika berlangsung terus menerus akan membuat pengetahuan lama dan pengetahuan baru menjadi seimbang. Dengan cara seperti itu secara bertahap anak dapat membangun pengetahuan melalui interaksi dengan lingkungannya. Berdasarkan hal tersebut, maka perilaku belajar anak sangat dipengaruhi oleh aspek-aspek dari dalam dirinya dan lingkungannya. Kedua hal tersebut tidak mungkin dipisahkan karena memang proses belajar terjadi dalam konteks interaksi diri anak dengan lingkungannya. 

Anak usia sekolah dasar berada pada tahapan operasi konkret. Pada rentang usia sekolah dasar tersebut anak mulai menunjukkan perilaku belajar sebagai berikut: (1) Mulai memandang dunia secara objektif, bergeser dari satu aspek situasi ke aspek lain secara reflektif dan memandang unsur-unsur secara serentak, (2) Mulai berpikir secara operasional, (3) Mempergunakan cara berpikir operasional untuk mengklasifikasikan benda-benda, (4) Membentuk dan mempergunakan keterhubungan aturan-aturan, prinsip ilmiah sederhana, dan mempergunakan hubungan sebab akibat, dan (5) Memahami konsep substansi, volume zat cair, panjang, lebar, luas, dan berat.

Memperhatikan tahapan perkembangan berpikir tersebut, kecenderungan belajar anak usia sekolah dasar memiliki tiga ciri, yaitu:
(1)   Konkrit. Konkrit mengandung makna proses belajar beranjak dari hal-hal yang konkrit yakni yang dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba, dan diotak atik, dengan titik penekanan pada pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar.  Pemanfaatan lingkungan akan menghasilkan proses dan hasil belajar yang lebih bermakna dan bernilai, sebab siswa dihadapkan dengan peristiwa dan keadaan yang sebenarnya, keadaan yang alami, sehingga lebih nyata, lebih faktual, lebih bermakna, dan kebenarannya lebih dapat dipertanggungjawabkan. (2)             Integratif; Pada tahap usia sekolah dasar anak memandang sesuatu yang dipelajari sebagai suatu keutuhan, mereka belum mampu memilah-milah konsep dari berbagai disiplin ilmu, hal ini melukiskan cara berpikir anak yang deduktif yakni dari hal umum ke bagian demi bagian. (3)                Hierarkis; Pada tahapan usia sekolah dasar, cara anak belajar berkembang secara bertahap mulai dari hal-hal yang sederhana ke hal-hal yang lebih kompleks. Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu diperhatikan mengenai urutan logis, keterkaitan antar materi, dan cakupan keluasan serta kedalaman materi .